HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA REMAJA TUNARUNGU DI JAKARTA

Abstract

Remaja tunarungu adalah remaja yang kehilangan pendengarannya sehingga sulit menangkap berbagai rangsangan terutama melalui indera pendengaran, cara berkomunikasi yang mereka gunakan berbeda dengan remaja normal pada umumnya. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, remaja tunarungu merasa kesulitan untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan orang lain.  Kondisi tersebut dapat menurunkan kesejahteraan psikologisnya (psychological well-being). Salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi psychological well-being adalah dukungan sosial.  Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada remaja tunarungu. Metode: Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis korelasional, menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 100 remaja tunarungu. Alat ukur yang digunakan adalah skala dukungan sosial dengan reliabilitas (α) 0,958 dan 53 item valid, dan skala psychological well-being dengan reliabilitas (α) 0,917 dan 35 item valid. Hasil: Hasil penelitian dengan analisis product moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being (sig p 0,055 dan r 0,192). Remaja tunarungu lebih banyak yang berada pada kategori dukungan sosial tinggi (55%) dan psychological well-being tinggi (53%). Remaja tunarungu dengan rentang usia remaja awal (11-13 tahun) dan berjenis kelamin perempuan lebih banyak merasakan dukungan sosial tinggi. Remaja tunarungu dengan rentang usia remaja awal (11-13 tahun), berjenis kelamin laki-laki, dan uang saku 10.000-50.000 paling banyak memiliki psychological well-being tinggi. Dukungan sosial hanya memiliki kontribusi sebesar 3,7% terhadap psychological well-being, sisanya sebesar 97,3% dipengaruhi oleh faktor lain, salah satunya pengalaman hidup.

Kata kunci: dukungan sosial, psychological well-being, remaja tunarungu